
Breadcrumbs
Mengatasi metana tambang batubara Indonesia
Kebocoran metana dari tambang batubara Indonesia diperkirakan menyebabkan kerusakan iklim jangka pendek sebesar dua kali lipat emisi CO2 Jakarta.
Tersedia dalam: English
Prakarsa Metana Global meminta negara-negara untuk mengurangi emisi metana antropogenik minimal sebesar 30% pada tahun 2030. Sebagai Presiden dari platform multilateral G20 yang menghubungkan negara-negara maju dan berkembang di dunia, Indonesia dapat memainkan peran utama dalam isu internasional yang penting ini, yang telah menjadi fokus Presiden AS Joe Biden, para pemimpin Eropa, dan para pemimpin negara lainnya.
Bahkan jika Indonesia menutup tambang batubara, metana dapat terus bocor dari tambang yang “terbengkalai” selama bertahun-tahun dan ini membutuhkan pengelolaan yang hati-hati. Masalah ini bisa diperparah dengan pasal baru yang dimuat dalam Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba), yang memunculkan kekhawatiran tentang kewajiban pemulihan pascatambang dan proses reklamasi.
Menutup tambang dengan benar dapat mengurangi emisi metana dan memastikan bahwa tambang tidak mencemari air tanah setempat dan menyebabkan penurunan permukaan tanah di area pertambangan yang berpenduduk. Penggenangan area dengan air (flooding) selama ini merupakan pendekatan global yang banyak digunakan untuk pengelolaan metana di tambang yang terbengkalai. Namun, kesesuaian metode ini tergantung pada sistem air setempat.
Ada pembelajaran bisnis yang menguntungkan untuk memulihkan dan menggunakan sebagian besar emisi metana. Metana, tidak seperti karbon dioksida, dapat ditangkap dan digunakan untuk menghasilkan panas dan listrik yang bermanfaat. Hal ini juga dapat membantu memberikan investasi baru kepada masyarakat penghasil batubara.
Membatasi metana tambang batubara adalah salah satu solusi termudah untuk memberikan dampak iklim positif secara langsung. Berikut, EMBER menjabarkan enam langkah yang dapat diambil Indonesia dan negara lain untuk mengurangi emisi metana tambang batubara: 1) Memahami skala masalah, 2) Mempercepat penyebaran clean electricity Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap batubara, 3) Fokus untuk menutup tambang-tambang beremisi tertinggi terlebih dahulu, 4) Berinvestasi untuk mengurangi emisi di tambang dengan intensitas emisi yang tinggi, 5) Meneliti izin tambang batubara baru terhadap risiko kebocoran metana, dan 6) Mengelola metana dari tambang yang ditinggalkan.
Kebocoran metana dari tambang batubara adalah pengganda krisis iklim yang jarang dibicarakan orang. Perhitungan IEA memperlihatkan bahwa metana tambang batubara berdampak lebih besar pada perubahan iklim daripada gabungan emisi dari pelayaran dan penerbangan. Analisis EMBER juga menunjukkan dampak iklim jangka pendek yang lebih besar. Indonesia, sebagai negara adidaya batubara dan pemimpin G20, memiliki tanggung jawab untuk menunjukkan kepemimpinan iklim terhadap sumber emisi gas rumah kaca yang sesungguhnya tidak sulit ditangani.
Kebocoran metana dari tambang batubara Indonesia diperkirakan menyebabkan kerusakan iklim jangka pendek sebesar dua kali lipat emisi CO2 Jakarta
Penulis: Conal Campbell dan Achmed Shahram Edianto
Ditampilkan di media