
Breadcrumbs
Dapatkah Indonesia wujudkan listrik nol bersih pada 2040?
Dan mengapa Indonesia perlu melakukannya?
Tersedia dalam: English
Hanya dua minggu setelah laporan IEA diluncurkan, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden No. 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik untuk menarik lebih banyak investasi energi terbarukan dan mencapai target energi nasional. Perpres tersebut memberikan mekanisme baru untuk menentukan tarif energi terbarukan, dan merupakan peraturan formal pertama untuk pensiun dini batubara di Indonesia.
Ini adalah awal baru yang menggembirakan dan menunjukkan tanda-tanda awal ambisi politik untuk mewujudkan manfaat dekarbonisasi sistem ketenagalistrikan di Indonesia, sejalan dengan laporan IEA. Baik Perpres maupun skenario IEA memperlihatkan masa depan yang menjanjikan. Integrasi antara visi pemerintah, komitmen politik, dan implementasinya, menjadi sangat penting untuk mencapai emisi nol bersih di sektor ketenagalistrikan pada 2040. Keberhasilan sektor-sektor lainnya untuk mencapai emisi nol bersih pada 2050 kemungkinan besar akan bergantung pada ketersediaan listrik yang sudah bebas emisi.
Materi Pendukung
Ucapan Terima Kasih
Teknisi listrik memeriksa dan merawat panel surya di Pulau Karampuang, Indonesia
Oleh: Jake Lyell / Stok Foto Alamy
Pada hari Jumat, 2 September 2022, IEA merilis laporan yang sangat ditunggu-tunggu, yaitu “Peta Jalan Menuju Emisi Nol Bersih pada Sektor Energi di Indonesia”. Laporan ini mendorong kami untuk meneliti apa saja yang mungkin dilakukan di Indonesia, agar konsisten dengan jalur 1,5 derajat, sesuai model global yang diusung IEA dalam laporan penting tahun 2021, “Nol Bersih pada 2050”.
Komentar kami ini menguraikan beberapa sorotan utama dari analisis IEA, untuk menunjukkan mengapa Indonesia harus dengan bangga dan cepat menetapkan transisi ketenagalistrikan sesegera mungkin, untuk mewujudkan emisi nol bersih di sektor ketenagalistrikan pada tahun 2040 untuk mempercepat emisi nol bersih di semua sektor pada 2050, satu dekade lebih cepat dari target pemerintah. Mempercepat transisi membawa lebih banyak manfaat bagi negara, mulai dari keamanan energi hingga peluang kerja baru.
Ditampilkan di media