
Breadcrumbs
Bagaimana Indonesia dapat mempercepat transisi energi di G20
Timun Mas dan G20: 'kekuatan' saja tidak akan cukup
Tersedia dalam: English
Tahun ini, banyak negara juga akan melihat apakah Indonesia bersedia memperbarui rencana iklim nasionalnya, sejalan dengan komitmen yang dibuat di Glasgow tahun lalu. Di sana, pembuat kebijakan Indonesia memiliki kesempatan untuk menetapkan jalur transisi nasional yang adil untuk mengakhiri batubara, dengan menyoroti dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan energi bersih.
Pesan ini perlu disampaikan dengan jelas kepada seluruh G20 tentang perlunya mengoperasionalkan serangkaian komitmen kuat yang dibuat pada tahun 2021 lalu.
Di puncak transisi energi global, Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mendorong G20 untuk mendukung dan mempercepat transisi ini. Sebagai Presiden G20, upaya diplomatik dan domestik Indonesia untuk mempercepat transisi harus berjalan beriringan.
Sebagai tuan rumah G7 tahun ini, Jerman telah berkomitmen untuk menggunakan kepresidenannya untuk mendukung negara berkembang dalam melakukan transisi dari batubara, minyak, dan gas, menuju energi terbarukan. Yang juga penting, Jerman mendukung misi ini dengan tujuan domestiknya yang baru diperbarui untuk menghapus batubara secara bertahap pada tahun 2030.
Indonesia dapat bekerja secara kolaboratif dengan Jerman untuk memastikan bahwa G7 tidak hanya menyelaraskan prioritasnya dengan G20, tetapi juga berkomitmen kepada negara-negara ekonomi terbesar di dunia untuk berinvestasi dalam mengatasi tantangan pengurangan batubara secara bertahap, terutama di negara-negara berkembang.
Melalui kemitraan Mekanisme Transisi Energi dengan Bank Pembangunan Asia, Indonesia telah mengambil langkah proaktif untuk mengembangkan solusi keuangan guna mempercepat transisi energi global dari batubara.
Namun, kemitraan ini baru saja dimulai. Membuat langkah nyata untuk pelaksanaannya dapat membuka peluang bagi mitra G20 untuk meningkatkan mekanisme penghentian batubara pada konferensi G20 di Bali, serta inisiatif energi bersih untuk meningkatkan ketahanan energi.
Baru-baru ini, Kepala Badan Energi Internasional, Fatih Birol, menggambarkan tantangan untuk menghapuskan batubara secara bertahap, dan mendekarbonisasi sistem energi dunia sebagai “upaya skala Herkules”.
Namun, menjelang G20 tahun ini, kami percaya bahwa kekuatan Herkules saja tidak akan mampu mengatasi tantangan geopolitik yang kompleks ini. Sebaliknya, kearifan lokal dan perpaduan unik antara keterampilan, keberanian, dan kecerdasan yang ditunjukkan oleh Timun Mas saat dia menghadapi Buto Ijo mungkin bisa menjadi model untuk diikuti oleh para pemimpin Indonesia untuk merealisasikan Transisi Energi Berkelanjutan.
Timun Mas dan G20: Kearifan lokal khas Indonesia dibutuhkan untuk mempercepat Transisi Energi Berkelanjutan
Penulis: Dave Jones dan Camilla Fenning dari E3G
Ditampilkan di media